Siang
itu semua cerita ini berakhir, sabtu 9 Dzulhijjah bertepatan dengan 10 Agustus 2019 pukul 11.45 bapak kembali pulang. Beristirahat
untuk selamanya. Rasa tidak percaya. Saya
tidak siap. Saya kehilangan. Tapi begitu kenyataannya. Sampai cerita ini
ditulis. Air mata ini belum kering.
Cerita ini belum berlalu seharusnya. Karena masih banyak yang ingin aku berikan
kepada bapak termasuk rencana memberangkatkan beliau ke tanah suci, berbanding
terbalik, dengan keinginan Sang Kuasa. Sang Maha Besar, Pemilik Bumi dan
seisinya. Pada bulan juli bapak di vonis menderita radang usus setelah opname selama 1 minggu di rumah sakit
Kesehatannya justru semakin menurun, akhirnya bapakpun meminta untuk pulang dan
seakan-akan sudah pasrah dengan penyakit yang dideritanya. Akhirnya tepat
setelah 1 minggu, sepulang dari rumah sakit bapakpun dipanggil yang kuasa. Bapak
meninggal tepat saat berada di pangkuanku.
Bapak…
6 bulan sudah, engkau pergi meninggalkan kami. Tapi bayangan akan sosokmu yang
kuat, tangguh, pekerja keras, bertanggung jawab masih lekat dalam bayangku.
Yang sampai sekarang belum bisa aku
lupakan. Banyak sekali keinginan bapak, yang belum bisa aku wujudkan. Hanya doa
yang bisa aku panjatkan di setiap sujudku. Semoga bapak mendapatkan tempat yang
terbaik disisi-Nya.
Bapak,
kami rindu, kami mencintai, kami menyayangi Bapak, persis sama dengan saat Bapak
masih ada di sini bersama kami. Lihat aku dari jauh, aku akan menjadi
mengagumkan dan kuat seperti harapan Bapak, jalanku masih jauh, dan engkau akan
selalu di sini, di hatiku di ruangan nomor satu, persis di samping ibu.

No comments:
Post a Comment