A.
MENDENGARKAN/
MENYIMAK
Dengarkanlah dengan seksama cerita
rakyat yang dibacakan oleh Bapak/Ibu gurumu ini !
Jerapah
Di suatu padang rumput ada seekor jerapah yang baru beranjak
dewasa. Namanya Edo. Dia sangat tinggi, jangkung, bahkan di antara
teman-temannya, Edo lah yang paling tinggi.Karena lehernya yang paling panjang
itu membuatnya menjadi anak yang sombong.Sering dia mengajak teman-teman
jerapahnya untuk lomba makan daun-daun di pohon yang dahannya sangat tinggi dan
sudah dapat ditebak, Edo lah si pemenang perlombaan itu.Berkali-kali dia
memenangkan perlombaan makan daun dari puncak pohon, membuat Edo semakin besar
kepala saja. Dia merasa anak yang paling hebat di kawasan padang rumput itu.
Sampai-sampai dia tidak menghormati para sesepuh jerapahnya.Dia sering mengejek
para jerapah-jerapah tua itu dengan sebutan “leher bengkok”, karena memang
mereka sudah beranjak tua. Sedangkan si Edo masih muda, secara fisik dia masih
kuat, leher masih tegak, jenjang dan tinggi.
Pernah satu hari Edo
dimintai tolong oleh seorang sesepuh jerapahnya; “Nak, tolong ambilkan
nenek daun yang segar di ranting ujung
pohon itu, nenek ingin sekali makan daun-daun yang masih muda, hijau, lunak dan
segar, tapi nenek tidak bisa menjangkau sampai ke ujung pohon itu, Tolong ya,
nak Edo?” Lalu dengan sombongnya Edo menjawab nenek jerapah itu, “Aduh, nenek
jerapah bagaimana sih, sudah tua jangan bawel deh, udah lah makan daun yang
bisa nenek jerapah jangkau sendiri saja lah! Salah sendiri nggak bisa ambil
daun di pucuk pohon!”.Lalu nenek jerapah itu pun pergi dengan kecewa, melihat
kelakuan Edo, si jerapah jangkung yang sombong.
Tidak hanya nenek
jerapah itu saja yang ditolak permintaan tolongnya. Pernah juga ada seekor anak
burung yang terjatuh, saat si burung
kecil itu sedang belajar terbang. Burung kecil itu tersangkut di dahan pohon
paling ujung.Edo pun dengan sombong menolak permintaan temantemannya untuk
menolong si burung kecil itu. Jawaban Edo pada saat itu, “Ah..dasar anak burung
bodoh, punya sayap kok nggak bisa terbang, malah jatuh. Siapa suruh terbang
kalau ngga bisa terbang.”Lalu Edo meninggalkan begitu saja, dan akhirnya
teman-teman Edo yang berusaha menolong burung kecil itu.
Sampai pada suatu
hari, si Edo saat berjalan-jalan sendiri di padang rumput, dia sedang asik
melenggang bak anak yang sombong. Lehernya tegak lurus ke atas, dengan kepala
terangkat.Lalu berhenti di suatu gundukan.Edo tidak sadar, bahwa yang dia injak
gundukan itu adalah seekor kura-kura.
Seekor kakek kura-kura yang sudah berumur setengah abad.Lalu, si kakek
kura-kura berusaha keras mengangkat tubuhnya dan berjalan maju selangkah,
bermaksud agar Edo merasa jika di bawah kakinya berdiri menginjak seekor
kura-kura.Lalu Edo sedikit tersandung. “Aduh!”.Edo malah tidak bereaksi untuk
minta maaf bahwa dia telah menginjak tempurung kakek kura-kura itu.Sebaliknya,
dia malah marah-marah. “Dasar kura-kura peyot, aku jadi mau terjatuh nih.”
Tidak puas dengan cukup berkata-kata, Edo pun langsung menendang tempurung
kakek kura-kura, yang akhirnya kakek kura-kura terlempar beberapa jengkal.Lalu
kakek kura-kura hanya ringan menasihati Edo, “Anak muda, janganlah kamu
sombong.Kamu masih muda, tubuhmu masih kuat, sebaiknya sayangilah sesama
makhluk hidup ciptaanNya.Suatu hari nanti, kamu juga akan menjadi tua, pasti
akan banyak yang lebih hebat dan kuat darimu.”
Lalu Edo cuek begitu saja sambil tidak memperdulikan nasihat kakek
kura-kura.Tidak lama kemudian, awan mendung datang.Mendung yang begitu tebal,
langit yang sebelumnya biru cerah menjadi abu-abu kelabu. Di padang rumput itu
masih tertinggal Edo dan si kakek kura-kura yang berjalan sangat lambat menuju
ke tepi di bawah pepohonan. Seakan masih ingin memperlihatkan kesombongan dan
kekuatannya, Edo malah tidak bergegas pergi meninggalkan padang rumput yang
hendak diguyur hujan. Dia hanya ingin menunjukkan kehebatannya ke kakek
kura-kura, bahwa dia tinggi gagah di tengah padang rumput yang luas, dengan
melenggang santai dan sombong, sambil dirinya membandingkan si kura-kura yang
pendek dan lambat berjalan. Lalu hujan sangat deras seketika itu datang
mengguyur.Dan tiba-tiba petir yang sangat hebat menyambar, “Duerrrr.”Akhirnya,
Edo si jerapah jangkung itu ambruk, terjatuh ke tanah. Saat itu, kepala kakek
kura-kura aman di dalam tempurungnya, tidak kehujanan dan juga terhindar dari
petir yang dahsyat menyambar padang rumput. Tidak diam begitu saja, si kakek
kura-kura dengan langkah pelan tapi pasti, dia mendekati ke Edo, dan memberikan
perhatiannya.“Kamu tidak apa-apa, anak muda? Bangunlah, kenapa malah terdiam
bengong tetap bersungkur di tanah?”. Lalu Edo menjawab, “kakek kura-kura,…aku
takutttt.. huwaaa…” sambil merengek bak anak kecil yang lemah. “Maafkan aku ya,
kakek kurakura, sudah menginjak tubuhmu dengan sombongnya.Walaupun kakek
kura-kura sudah tua, tapi tetap kuat, tempurungmu mampu menopang berat badanku
ini.Maafkan aku kakek kura-kura, karena sudah menendangmu, sampai terlempar
beberapa langkah.Aku berjanji tidak akan menjadi anak yang sombong lagi,
menolong sesama makhluk ciptaanNya.”Sejak saat itu, si Edo tidak lagi menjadi
jerapah yang sombong, namun berubah menjadi si jerapah yang baik hati dan suka
menolong teman-temannya.
Pertanyaan ada pada likn dibawah ini
No comments:
Post a Comment