Sudah satu minggu ini madrasah kami nampak sepi. Tidak ada proses
belajar mengajar. Tidak ada tingkah anak-anak yang membat kami
tersenyum, kesal dan juga marah. Madrasah kami memutuskan meliburkan
anak-anak, sejak pemerintah setempat mengeluarkan surat edaran yang
intinya untuk mengurangi aktivitas atau Lock Down, akibat adanya virus
corona yang sampai sekarang masih ramai diperbincangkan.
Ujian
praktik anak-anak kelas 6 yang seharusnya dilaksanakan tanggal 16 Maret
kemarin, juga harus kami tunda sampai menunggu jadwal dari pemerintah
setempat.
Sedangkan kami para pendidik dan tenaga kependidikan
tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Walaupun tidak ada anak anak
yang harus kami didik. Namun banyak administrasi yang harus kami
kerjakan.
Nama corona muncul pada bulan Nopember lalu di Wuhan
Negera Cina. Awalnya kami yang hidup di pedesaan tidak begitu peduli
dengan berita tersebut. Hingga akhirnya pada awal bulan maret pemerintah
Indonesia begitu gencar memberikan informasi terkait virus corona.
Sampai pada aturan untuk mengurangi semua aktivitas, bahkan meliburkan
semua pelajar. MUI juga mengeluarkan fatwa untuk menunda pelaksanaan
sholat jum’at dan menggantinya dengan sholat dhuhur, dengan tujuan untuk
mengurangi penularan virus corona. Pada titik inilah kami yang hidup
didesa mulai ada rasa khawatir.
Kami yakin dan percaya bahwa hidup
dan mati seseorang sudah digariskan oleh-Nya. Tetapi kami berusaha untuk
mengikuti aturan yang telah ditetapkan pemerintah demi untuk mengejar
taqdir yang lain.
Allah SWT menciptakan makhluk yang bernama Corona
yang tak dapat dilihat mata karena terlalu kecil. Makhluk kecil itu
kini memporak porandakan segala aktivitas di dunia. Ketakutan
dimana-mana. Berita tentang kematian yang diakibatkan virus corona cukup
menyita semua media di dunia. Hingga pemerintah Arab Saudi menutup
pintu rumah Allah yang menjadi kiblatnya orang Islam di seluruh dunia.
Ya Robb apakah ini teguran bagi kami yang selama ini terlalu sibuk
dengan urusan dunia. Seruan adzan yang diserukan sering kami abaikan
hanya demi mengejar kenikmatan duniawi. Kami sering malas untuk menuju
mushola maupun masjid yang hanya beberapa langkah saja.
Silaturrahmi sesama muslim yang menjadi anjuranmu sering kami ganti dengan hanya komuniasi lewat HP.
Kini dengan adanya virus corona yang engkau ciptakan membuat kami
kesulitan untuk beraktifitas. Rasa khwatir ketika beribadah bersama
orang-orang banyak. semua agenda yang sudah kami rencanakan, terpaksa
dibatalkan. Kali ini kami baru sadar betapa kami merasa terpenjara
dengan keadaan ini.
Ya Robb apakah ini sentilan-Mu untuk kami! yang
sering menghabiskan waktu dengan gadjet kami. Ketika ada banyak
kesempatan untuk beribadah, bersilaturrahmi kami malah sibuk dengan WA
kami. Kini, akhirnya kami benar² hanya bisa bertemu dalam tegur WA atau
Telpon dan pesan. dengan saudara-saudara kami.
Maafkan kami Ya
Robb. Maafkan kami.. beri kesempatan kami lagi. Jangan kau buat ramadhan
yang akan datang ini, kami lewati dengan sepi dan hambar. Tak bisa kami
bayangkan jika harus melihat saudara kami yang ada di zona rawan
corona terhalang melakukan sholat tarawih berjamaah, masjid-masjid sepi
tak ada lantunan tadarus bersama. Apalagi membayangkan tak ada lagi
saudara kami yang berdesakan untuk mudik demi bersilaturrahmi dengan
keluarganya.
Ya Robb berikan kami kesempatan untuk memperbaiki diri
kami. Berikan hidayah-Mu agar kami bisa mengambil hikmah dari musibah
non alam ini. Makhluk corona ini engkau yang menciptakan ya Robb. Dan
engkau pula yang mematikannya. Pertemukan kami dengan Ramadhan yang
penuh berkah. Amin

No comments:
Post a Comment